Digital Talent Harus Bisa Coding? Gak Juga!
Ilustrasi: Unsplash
Uzone.id – Jargon “digital talent” memang sedang berkumandang di mana-mana. Seakan-akan dunia ini membutuhkan digital talent demi membangun masa depan yang lebih baik lagi. Tapi, sebenarnya siapa sih digital talent ini?
Mungkin banyak di luar sana yang mempertanyakan diri sendiri, kenapa nggak dari SMA suka pelajaran komputer supaya kuliahnya bisa mengambil jurusan yang berhubungan dengan teknologi atau informatika dan tujuan akhirnya menjadi digital talent di dunia kerja.Tapi, nyatanya digital talent ini gak melulu persoalan jadi orang yang harus jago coding, programming, dan hal-hal njelimet lain.
Dari penuturan AVP HC Communication and Employer Branding Telkom, Rama Sugiharto, 5 sampai 10 tahun ke belakang semua orang berbicara soal digital dan disrupsi teknologi. Seluruh bisnis seakan harus siap going digital demi mewujudkan Industri 4.0.
Lalu, datanglah pandemi yang menjadi akselerator dari transformasi digital ini.
“Efek dari pembicaraan soal disrupsi teknologi di aspek ekonomi dan bisnis salah satunya adalah ekspansi job opportunity. Dari sini, tentu yang dibutuhkan adalah people, alias digital talent,” ungkap Rama saat berbincang dengan dalam Uzone Talks pada 23 Juni 2022.
Menurutnya, semua industri menuju ke sana dan perebutan talent ini tak lagi bersaing dengan sesama perusahaan besar, namun juga dengan sektor startup yang sejak awal lahir memang sudah mencetak digital talent.
“Digital talent itu menurut saya, someone who has technological skills to make something easier. Tapi, hard skill saja tidak cukup. Kita tetap membutuhkan hal-hal lain,” katanya.
Ia menyambung, “jago coding, programming, sudah jelas digital talent. Hard skill seperti itu sudah pasti [termasuk digital talent], tapi kita juga butuh orang-orang yang nggak harus expert di technological skill, namun mereka yang punya mindset digital.”
Rama menjelaskan, mindset yang ia maksud adalah orang-orang yang pola pikir dan perspektifnya sudah terbentuk mengenai fungsi dari konsep digitalisasi dan bagaimana memanfaatkannya agar dapat membuat hal-hal jadi lebih mudah.
“Contoh, mereka yang membangun UI dan UX. Ini ‘kan sebenarnya bukan serta merta ilmu coding saja, tapi human behavior. Aspek ini non-digital, tapi lebih ke mindset. Mereka bisa membuat siapapun yang menggunakan layanan atau aplikasi tertentu jadi lebih mudah. Ini menurut saya sudah masuk rumpun digital talent,” imbuh Rama.
Digistar Class Telkom, usir insecurity anak muda yang mau jadi digital talent
Sebagai pemain besar di industri teknologi, Telkom kembali menggelar program Digistar Class kedua setelah pertama kali diadakan pada 2021.
Dari paparan Rama, Digistar Class ini menjadi cara perusahaan merangkul calon-calon digital talent yang masih kuliah untuk memberikan banyak insight mengenai industri digital.
“Kami mengincar mahasiswa dari semester 4 dan para fresh graduate untuk kami beri insight, edukasi, dan mentoring tentang apa yang dibutuhkan di industri digital secara hard skill dan soft skill. Tujuannya sesimpel meningkatkan kepercayaan diri mereka agar tidak insecure masuk ke dunia digital sebagai digital talent,” kata Rama.
Nyatanya, Telkom selama ini percaya bahwa perusahaan tidak mencari bintang pelajar, tapi bintang kehidupan. Maka, melalui Digistar Class ini, mereka mencari bintangnya digital talent.
Sejauh ini, sudah ada 6.000 peserta yang mendaftar di Digistar Class Telkom yang nantinya akan disaring menjadi 1.000 peserta. Ada tiga hal utama yang menjadi fokus Digistar Class, yaitu Communication and Personal Branding, Growth Mindset, dan Career Planning.
“Digistar Class ini berjalan selama 2 bulan secara holistik dan ada proyek yang nantinya akan mereka kerjakan, karena kami desain untuk memperkecil gap antara talent dan industri agar confidence mereka bisa kami boost,” lanjutnya.
Demi mensukseskan Digistar, Telkom mengajak 6 anak usahanya yang memang ahli di bidangnya, di antaranya Telkomsel, Metranet, Telkom Akses, Mitratel, Telkom Sigma, dan Telin.
“Digistar ini bagai restoran dengan menu lengkap. Kami meminta 6 anak usaha ini untuk membawa para talent terbaik mereka agar menjadi mentor Digistar supaya semua insight dan mentorship ini first-hand langsung dari para expert-nya,” tutup Rama.