Dandanan Heboh Glam Rock ala KISS Bermula dari Minder
Dari mana KISS mendapat inspirasi untuk tampil dengan riasan ala badut? Jawabannya dari The Beatles.
Basis KISS Gene Simmons mengaku terpukau saat pertama kali menyaksikan The Beatles. Ia kagum akan busana empat pemuda Liverpool yang penuh gaya itu dan langsung ingin bikin band baru yang punya karakter khas. Wicked Lester, band pertama yang ia bentuk, tidak berjalan sesuai harapan.
Seperti yang dituturkan dalam Kiss and Makeup (2011), Simmons terjun ke dunia musik saat glam rock belum populer. Saat itu, musisi rock Amerika Serikat umumnya masih tampil bak hippie. Bagi para musisi kala itu, menurut Simmons, dandanan nomor dua.
“Saya tak mau seperti itu. Kami ingin bikin musik seperti The Beatles tapi dengan sentuhan khas karena kami tak punya wajah imut-imut seperti mereka. Kami ingin seluruh personel bisa menyanyi dan menulis lagu. Setiap orang di band ini harus jadi bintang,” tulis Simmons.
Sejak itu, agar beda dengan band-band lain, Simmons memilih riasan wajah tebal dan busana serba hitam. Gaya tersebut ia juluki "semi-drag", alias setengah dandanan banci. Lambat laun, wajah pun dirias maksimal karena baginya lebih baik jika dandanan disesuaikan dengan karakter personel.
“Dandanan saya terinspirasi dari Bat Wings of Black Bolt, karakter dalam komik The Inhumans keluaran Marvel. Saya menyesuaikan riasan wajah dengan gaya penampilan yang menggunakan gogo boots [sepatu boot yang populer di Jepang tahun 1960an], busana, serta aksesori lain yang terinspirasi dari kisah-kisah favorit seperti Batman dan Phantom of The Opera,” tutur Simmons.
Bagi gitaris dan pendiri KISS Paul Stanley, wajah perlu dirias bukan untuk sekadar tampil beda dari yang lain. Dalam Face The Music: a Life Exposed (2014), Stanley mengatakan, “Dandanan ialah cara saya menutupi diri saya yang sebenarnya. Saya merasa segala konflik dalam diri terhapus oleh dandanan baru. Dandanan melahirkan pria baru. Pria yang bisa memunculkan kesan agar orang memperlakukan saya dengan baik dan spesial. Di atas panggung, Starchild adalah pahlawan. Kebalikan dari diri saya yang sebenarnya.".
Stanley lahir dengan bentuk telinga yang tidak sempurna. Semasa kecil, ia sering diejek oleh teman-teman sepermainannya. Salah satu telinganya bermasalah dan membuatnya tuli sebelah. Ia berandai-andai bisa menjadi sosok hero pujaan umat manusia sedunia, dan sebab itulah ia menciptakan gaya riasan Starchild dengan riasan berbentuk bintang hitam di satu daerah lingkar matanya.
Untuk menghasilkan riasan seperti personel KISS, setidaknya dibutuhkan waktu satu hingga dua jam. Hasilnya tak sia-sia; usaha berjam-jam itu berhasil membuat KISS dikenal publik. Ketika konser di luar negeri, para fans menyambut mereka di bandara, lengkap dengan riasan serupa.
“Kami merasa gaya riasan ini lama-lama punya pengaruh kuat, bahkan melampaui gaya glam rock yang telah menemukan karakternya,” kata Simmons dalam bukunya.
Dalam Performing Glam Rock: Gender and Theatricality in Popular Music (2006), Philip Auslander menyebutkan bahwa glam rock ditentukan oleh gaya penampilan dan karakter sang penyanyi atau personel band. Bagi Auslander, riasan menor glam rock telah meredefinisi maskulinitas dalam musik rock.
Dimulai dari Bowie
Sosok yang kerap dianggap sebagai pelopor glam rock ialah Marc Bolan dan David Bowie, dua musisi yang kerap membubuhkan glitter atau produk kosmetik bernuansa metalik pada wajah. Salah satu hal yang jadi pemicu Bolan dianggap sebagai duta glam rock ialah potret diri ketika tampil dengan gliter vertikal yang bertabur di bawah mata. Bolan, yang menggemari Elvis Presley, kebetulan juga suka dandan. Idolanya adalah Beau Brummell, cowok Inggris abad ke-19 yang membuat semua pria dewasa borjuis mengenakan setelan jas dan dasi.
“Ini semua gara-gara melamun. Cepat sekali kejadiannya,” tutur Bowie soal gayanya seperti dikutip dalam Glam! Bowie Bolan and The Glitter Rock Revolution (1998) karya Barney Hoskyns.
Menurut Hoskyns, Bowie tampil dengan gaya yang lebih nyentrik karena Angela, mantan kekasihnya. “Angela membuat David menyadari dirinya bisa tampil heboh,” kata produser musik Tony Visconti, sebagaimana dikutip Hoskyns.
Sejak tahun 1969 hingga akhir 1980an, Bowie bereksperimen dengan berbagai macam riasan, yang salah satunya muncul dalam video klip "Space Oddity" (1969). Riasan ikonik Bowie berupa lingkar emas pada dahi, penggunaan eyeshadow berwarna terang, dan lukisan petir pada wajah muncul pada tahun 1973.
Kepopuleran Bowie turut memengaruhi musisi lain. Salah satunya Mick Jagger, yang mulai tampil dengan riasan wajah mencolok ketika Bowie meluncurkan album Aladin Sane (1973). Jagger pun memberi sentuhan gaya tersendiri. Dilansir dari Vogue, Jagger merias bibir dengan lip liner agar warna gincu nampak lebih tegas dan dramatis.
Karena penampilan Bolan, Bowie, dan Jagger, gaya glamor jadi tren penting dunia hiburan di Inggris. Gaya rias wajah tersebut terus menginspirasi para musisi pada dekade berikutnya. Boy George, vokalis Culture Club, misalnya, yang sampai hari ini tetap tampil dengan riasan wajah heboh.
Di Amerika Serikat, gaya makeup glamor ini dipraktikkan pada pertengahan tahun 1980-an oleh Prince. Prince: The Making of a Pop Music Phenomenon (2011) menyebutkan bahwa Prince cenderung terlihat ingin tampil serupa dengan penyanyi wanita ketimbang biduan cowok seperti Michael Jackson. Riasan di aera mata ia bikin menonjol dengan garis mata runcing yang dilukis eyeliner.
Seiring waktu, riasan heboh bukan lagi milik glam rock. Eyeliner pun abadi dengan kemunculan Marilyn Manson, Adam Lambert, Pete Wentz, Bille Joe Amstrong, hingga Jared Letto.
Baca juga artikel terkait MAKEUP atau tulisan menarik lainnya Joan Aurelia