Community Week: Bikin Face Shield Pintar buat Tuna Netra, Diganjar Beasiswa
Kiri-kanan: Hani Nur Fajrina, Wahyu Solihin, Ahmad Daud, Hardi Kusuma dan Dwi Handoko (Foto: Tomi Tresnady / Uzone.id)
Uzone.id - Sebagian anak-anak muda masih memandang robotik adalah hal yang berbau mahal. Hal itu diakui oleh Dwi Handoko, guru sekaligus pelatih komunitas robotik bernama Zerobot di SMA Negeri 1 Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Namun, kata Dwi, setelah dirinya mengajak murid-muridnya menyelami dunia robotik ternyata biayanya sangat murah untuk zaman sekarang."Bagaimana mereka berpikir secara komputasi jadi harus memahami variabel, memahami identifikasi variabel, memecahkan permasalahan dari variabel," tutur Dwi ditemani anak didiknya, Hardi Kusuma (XII MIPA 2), Wahyu Solihin (XII MIPA 2) dan Ahmad Daud (XII MIPA 1) berbincang di program Community Week bertajuk 'Bikin Robot Itu Gampang' yang disiarkan di kanal YouTube dan Instagram Live Uzone Indonesia, pada Senin (24/1/2022).
BACA JUGA: WhatsApp Bakal Hadirkan Fitur Transfer Chat Android ke iOS
Usaha Dwi pun berbuah manis. Ketiga muridnya itu pun mendapat penghargaan cukup bergengsi dari Swiss German University (SGU). Mereka mendapat gelar spektakuler bernama The Best Original Ide dari Asosiasi Inovator Indonesia.
Tak cuma itu, mereka mendapat hadiah berupa beasiswa di universitas tersebut. Wah, beruntung banget kan gaes!
Dwi bercerita sedikit, timnya ikut kompetisi di SGU bertema smart living competition. Di situ ada karakteristik teknologi 4.0, di mana teknologi itu berbasis IoT dan otomatisasi.
"Nah, dengan spesifikasi robot yang dikasih dari panitianya itu semuanya sama se-Indonesia. Akhirnya kita masuk 10 besar, bedanya yang dikembangkan oleh anak-anak itu, perangkat yang diberikan itulah yang diberdayakan," tutur Dwi.
Hardi menambahkan, alat yang diberikan oleh SGU cukup sederhana, seperti ada face shield, kemudian dipasang sensor ultrasonic.
Selain bisa mencegah penularan Covid-19, alat ini bisa berguna untuk untuk tunanetra, "Jadi, kalau ada keramaian, nanti ada buzzer bunyi dan ada notifikasi di handphone," kata Hardi.
Produk tersebut diberi nama FS ZR One (Face Shield Zerobot One). Nama One karena itu adalah produk pertama yang dibuat mereka.
Menurut Dwi, Asosiasi Inovator Indonesia sebetulnya tertarik untuk prodksi massal FS ZR One. Asosiasi itu sempat punya rencana untuk datang ke SMAN 1 Cisarua pada Februari 2021. Sayangnya, saat itu terjadi gelombang dua Covid-19 sehingga rencana itu batal.
Sebelum bernama Zerobot, komunitas ini awalnya cuma kegiatan ekskul dengan nama Robo TIK (berdiri tahun 2015). Nama Zerobot lalu muncul di tahun 2019.
Bicara portofolio kompetisi, mereka pernah ikut kompetisi Pesta Rakyat Fisika yang digelar Universitas Indonesia. Namun, saat itu mereka tidak berhasil mendapat satu gelar pun.
BACA JUGA: Tanda-tanda Samsung Galaxy S22 Bakal Dirilis 9 Februari 2022
Selanjutnya kompetisi tingkat Jawa Barat yang digelar Institut Pertanian Bogor atau IPB. Mereka saat itu meraih gelar juara dua dalam kompetisi robot pengikut garis hitam (Lane Follower Robot).
"Sekali pencet, dia (robot) pergi dan harus mencari jalan pulang sendiri. Kita mendapatkan juara dua waktu itu," kenang Dwi.
Kompetisi Lane Follower Robot juga pernah diikuti mereka untuk kawasan Bogor Raya, yang diikuti para SMK dan SMA se-Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, mereka berhasil menggondol juara 1.
"Nah, 2020 di Universitas Pancasila, inovasi robot semakin meningkat, robotnya juga mahal. Robot arm pembawa logistik kita jadi the best presentation, kita dikalahkan SMK yang jurusannya memang industri," ujar Dwi.
Apakah mempelajari teknologi robotik itu susah? Wahyu mengaku tidak tahu menahu soal robotik, namun setelah dipelajari akhirnya tertarik juga.
Begitu juga dengan Herdi, yang awalnya cuma penasaran dengan robotik. "Pas tahu ternyata asik juga," katanya.