Charlie Javice, CEO Startup Frank yang Nekat Tipu JP Morgan Rp2,6 Triliun
Foto: Charlie Javice, Founder startup Frank/Forbes
Uzone.id – Dugaan penipuan yang dilayangkan oleh JP Morgan ke founder startup Charlie Javice menjadi sorotan banyak pihak.
Pasalnya, JP Morgan sendiri bukan orang baru, bahkan merupakan salah satu raksasa di industri keuangan dan investasi.JP Morgan merupakan sebuah lembaga atau organisasi perbankan komersial dan investasi yang sudah berdiri semenjak 1871, JP Morgan bahkan menjadi bank dengan kapitalisasi tertinggi di dunia. JP Morgan juga memiliki pengaruh besar dalam keputusan-keputusan penting investor.
Ialah Charlie Javice, founder startup Frank yang berani-beraninya menipu JP Morgan dengan cara memalsukan data customer sebanyak 4 juta identitas.
Charlie Javice sendiri merupakan seorang pebisnis dan entrepreneur yang mendirikan startup Frank pada tahun 2016 lalu. Wanita kelahiran New York ini lahir di tahun 1993 dan merupakan alumni di beberapa universitas, seperti Tel Aviv University dan University of Pennsylvania.
Baca juga: Dikibulin Data Palsu, JP Morgan Kena Tipu Rp2,6 Triliun oleh Startup Ini
Ia juga mencatat berbagai prestasi seperti di tahun 2013, ia disebut sebagai ‘anak ajaib’ karena membangun produk keuangan untuk orang-orang miskin dan pelajar.
Selanjutnya, ia juga mendapat sebutan ‘The Voice of Microfinance Generation’ oleh sekolah bisnis Wharton serta menjadi penasihat khusus di Program Inkubasi Ventura sekolah tersebut hingga saat ini. Ia pun sempat menjadi anggota Dewan Pengawas University of Pennsylvania.
Berkat prestasinya mendirikan startup Frank, Javice bahkan masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 pada tahun 2019.
Saat ini Forbes menyebut kalau Javice membawa Frank mendapatkan pendanaan sebesar USD16 juta dan berhasil membantu 300 ribu user yang mendaftar di startup mereka.
Frank sendiri didirikan dengan tujuan mempermudah peminjaman uang di kalangan pelajar atau mahasiswa.
Baca juga: Selamat Datang 2023! Ini Tentang Startup Bakar Duit hingga Modal Investor
Saat ini, Javice bekerja sebagai Managing Director, Head of Student Solutions di JPMorgan Chase & Co, namun ia tak lagi menjabat karena JP Morgan memecatnya usai ketahuan memalsukan data-data pengguna Frank.
Selain kasus penipuan Frank, Javice juga ketahuan melanggan merek dagang FAFSA milik federal Amerika Serikat pada tahun 2017 lalu.
JP Morgan mengetahui kebohongan Javice usai mendesak founder Frank tersebut untuk memberikan bukti selama uji tuntas mengenai daftar nama, alamat, tanggal lahir dan informasi pribadi 4 juta lebih pelajar yang tercatat sebagai pengguna Frank.
Ternyata, 4 juta data ini palsu dan dibeli dari seorang data scientist seharga USD18 ribu. Nyatanya, Frank baru memiliki 300 ribuan pengguna hingga kabar penipuan terkuak.
JP Morgan melaporkan tindak dugaan penipuan Charlie Javice dan rekannya Olivier Amar pada akhir 2022 lalu di Pengadilan Distrik Delaware, Amerika Serikat.