Cerita Kominfo di Balik Batalnya Migrasi TV Digital Jadi Kado HUT RI Ke-76
Foto ilustrasi: Jens Kreuter/Unsplash
Uzone.id -- Indonesia masuk ke dalam daftar 30 negara di dunia yang tak kunjung melakukan migrasi TV analog ke digital. Tentu ini bukan prestasi. Hal ini baru akan menjadi salah satu kebijakan negara yang akan dilakukan dalam waktu dekat.Menariknya, ada cerita di balik itu semua, karena jika tidak ada penundaan, seharusnya saat ini Indonesia sudah mulai berproses migrasi dari TV analog ke digital.
Migrasi yang memiliki istilah Analog Switch Off (ASO) ini awalnya direncanakan akan dilakukan tepat pada 17 Agustus 2021. Sayangnya, rencana ini harus ditunda dan mau tidak mau, migrasi ini batal menjadi kado untuk Hari Kemerdekaan RI yang ke-76.
“Awalnya kami ingin melangsungkannya tepat pada 17 Agustus, sekalian mau merayakan HUT RI ke-76. Perayaan ini jika tidak ditunda, kami telah memilih beberapa daerah beruntung sebagai migrasi tahap pertama, seperti Nunukan, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Aceh, dan Banten,” ungkap Direktur Penyiaran Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Geryantika Kurnia saat berbincang di Uzone Talks, Selasa (17/8).
Baca juga: Alasan Siaran TV Analog Harus Disetop, Diganti ke Digital
Padahal, dari sisi infrastruktur diklaim sudah siap, serta program-program televisi yang sudah ada sudah siap dipindahkan dari analog ke digital. Bahkan, subsidi perangkat Set Top Box (STB) yang menjadi alat penangkap sinyal TV digital kepada masyarakat miskin juga diakuinya tinggal didistribusikan.
Namun, pria yang akrab disapa Gery ini mengatakan kalau untuk saat ini memang tidak ada yang lebih penting dibanding penanganan Covid-19.
“Semua sudah siap, dan ketika memberi kabar soal subsidi STV, mereka ketakutan Covid-19. Banyak juga yang bertanya, bagaimana nanti membagikannya? Kebijakan PPKM saja masih berlangsung,” tutur Gery.
Ia melanjutkan, “akhirnya setelah mendengar berbagai macam masukan dari masyarakat, DPR, Pemda, akhirnya pemerintah disarankan agar fokus dulu di urusan Covid-19 agar angkanya cepat turun. Kami juga akan memanfaatkan waktu penundaan ini untuk memaksimalkan sosialisasi soal TV digital ke masyarakat luas.”
Meski pembahasan soal ASO ini diakui Gery telah berlangsung sangat lama, ia merasa pemerintah memang masih ‘berutang’ sosialisasi yang memadai soal migrasi ini. Dari sisi Kominfo tidak mau ketika migrasi dilakukan, masyarakat malah kebingungan, apalagi saat sudah berubah ke digital, justru mereka belum dapat STB atau tidak bisa menggunakannya.
Baca juga: Ini Peta Jalan Migrasi TV Analog ke Digital yang Baru
“Jadi nanti PR kami itu sosialisasi maksimal dulu agar semua informasi tentang TV digital ini tersampaikan dengan baik, sehingga saat migrasi sungguhan, tak ada lagi yang bingung. Tinggal menjelaskan cara menggunakan STB saja,” tutupnya.
Seperti yang diketahui, siaran TV digital menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan dan inefisiensi pada penyiaran TV analog. Pasalnya, untuk siaran TV digital, satu kanal siaran dapat diisi dengan jumlah siaran yang lebih banyak.
Dengan kata lain, migrasi ini akan menciptakan digital dividen. Jadi, sisa frekuensi yang tidak dipakai lagi oleh siaran TV analog, nantinya dipakai untuk telekomunikasi sehingga akan tercipta penguatan internet 5G, transformasi digital atau layanan kebencanaan.
Menurut Menteri Kominfo Johnny G. Plate, TV digital menjamin siaran yang jauh lebih berkualitas, sehingga masyarakat bisa menikmati tayangan TV lebih jernih dan interaktif.
Menurutnya, masyarakat juga nantinya akan memperoleh keuntungan, di antaranya akses internet yang lebih cepat karena adanya efisiensi dalam penggunaan spektrum digital dividen frekuensi untuk penyiaran.
VIDEO: Uzone Talks: Tarik Ulur Migrasi TV Digital