Cara Enak Detoksifikasi dengan Buah
Setiap hari, tubuh kita terpapar racun atau toksin, baik yang didapatkan lewat makanan atau udara yang kita hirup. Secara alamiah, tubuh mempunyai sistem pertahanan otomatis untuk menetralisir racun-racun tersebut - dalam ambang batas tertentu. Proses tersebut termasuk dalam fisiologi tubuh, misalnya buang air kecil yaitu mengeluarkan metabolit(hasil metabolisme) bersama air. Itulah yang dimaksud sebagai detoksifikasi.
Secara umum, racun dalam tubuh dibagi dua, yaitu toksin dan radikal bebas. Toksin adalah zat yang dihasilkan oleh tanaman dan hewan yang berbahaya bagi manusia, sedangkan tadikal bebas adalah atom atau sekelompok atom yang labil dan sangat reaktif.Radikal bebas berdampak merusak sel dan dalam jangka panjang akan menimbulkan penyakit atau kerusakan organ-organ tubuh. Untuk menetralisir radikal bebas diperlukan antioksidan. Itu dapat berasal dari tubuh sendiri, misalnya zat asam urat, glutation, melatonin, SOD dan lain sebagainya. Antioksidan juga dapat diperoleh dari luar, seperti Vitamin A, C, E, Zink, flavonoid, dan lain-lain.
Untuk membantu kinerja sistem tubuh dalam melawan racun, ada yang melakukan detoksifikasi. Metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Sayangnya, masyarakat kurang mendapatkan informasi yang tepat. Masih ada beberapa kesalahpahaman metode detoksifikasi. Salah satunya adalah denganmengonsumsi air perasan lemon hangat dengan keyakinan bahwa cara itu bisa mendetoksifikasi tubuh dari racun dan bakteri.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa metode itu tidak tepat. Mengapa? Pertama, flavonoid dalam lemon lebih berfungsi menjaga sel tubuh agar tidak menjadi oksidan saat berinteraksi dengan polusi. Jadi, peran air lemon lebih ke antioksidasi, bukan sebagai katalisator detoksifikasi.
Kedua, fungsi antioksidan dalam Vitamin C dalam lemon akan hilang 90 persen khasiatnya saat diperas karena terokisdasi. Alhasil, air perasan lemon yang dikonsumsi pun tidak efektif lagi.
Ketiga, Vitamin C tidak dapat bekerja sendiri dalam perannya sebagai antioksodan, melainkan harus bekerjasama dengan berbagai antioksidan diperlukan untuk bekerja bersama dalam menetralisir radikal bebas. Karenanya, jia Vitamin C mendapat porsi paling banyak dibandingkan antioksidan lain, proses metabolisme tersebut menjadi tidak efektif. Bahkan, kelebihan kadar antioksodan justru dapat berubah fungsi menjadi prooksidan yang merusak sel-sel tubuh.
Solusinya? Anda bisa melakukan antioksidasi dan detoksifikasi dengan mengonsumsi buah dan sayuran, seperti kembang kol, stroberi, anggur merah, sawi, anggur merah, dan buah ceri. Jenis buah dan sayuran tersebut kaya akan antioksidan, Vitamin C dan K, dan anti-inflamasi.
Ambil contoh, buah stroberi terbukti efektif membantu membersihkan organ ginjal. Syaratnya, Anda langsung mengonsumsi makanan itu dalam bentuk segar agar kandungan vitamin dan mineral dalam buah tersebut tidak terlebih dulu rusak karena oksidasi.
Narasumber:
Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, Sp. GK, ahli gizi klinik dan staf pengajar dari Universitas Krida Wacana, Jakarta.