Berkat Strategi Ini, LinkAja Raup Pertumbuhan Pendapatan Hingga 30 Persen
Uzone.id — Platform e-wallet LinkAja mencatat pertumbuhan positif di tahun 2022 kemarin dengan pendapatan mencapai hampir 30 persen. Beban operasional juga turut menurun secara drastis hingga lebih dari 50 persen.
Menghadapi tahun 2023, LinkAja membidik pertumbuhan pendapatan yang signifikan sebesar lebih dari 80 persen, dengan penurunan beban operasional sebesar 35 persen dibandingkan dengan tahun 2022.Untuk mencapai tujuan ini, LinkAja akan berfokus pada sinergi dengan ekosistem BUMN yang lebih komprehensif dan berkesinambungan.
Mereka juga akan melakukan serangkaian strategi selama 2023, salah satunya B2B2C approach yang menggandeng beberapa perusahaan di bawah kementerian BUMN untuk menjadi penyedia layanan disbursement insentif.
Menurut Direktur Keuangan dan Strategi LinkAja, Reza Ari Wibowo, industri teknologi dunia saat ini sedang mengalami paradigm shifting dari yang tadinya growth-at-all-cost menjadi path to profitability dan sustainability dan LinkAja sudah melakukannya secara bertahap semenjak 2021 lalu dengan membaca arah pergerakan industri.
Baca juga: eFishery Siap Jadi Unicorn Lokal Berikutnya?
“Salah satunya yakni dengan memperkuat model bisnis B2B2C kami yang berfokus pada ekosistem BUMN, yang terbukti sangat efektif dan efisien,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Uzone.id, Rabu, (08/03).
Pertumbuhan LinkAja di 2022 tak lepas dari fokusnya yang mengadopsi bisnis model dua sisi (two sided business model) B2B2C (Business to Business to Consumer).
Di B2C, LinkAja mengutamakan low-cost user acquisition & retention. Sedangkan, fokus segmen B2B berpusat pada end-to-end value chain dari sisi tradisional maupun digital.
Untuk B2B sendiri, ada 3 bisnis yang dihadirkan perusahaan yaitu pembayaran, digital goods, dan lending ‘LinkAja Modalin’.
Perusahaan juga mengimplementasikan digital financial solutions dengan berkolaborasi dengan BUMN, seperti Telkomsel, Pertamina, dan Himbara (Himpunan Bank Negara).
Untuk ekosistem Telkomsel, LinkAja telah mendigitalisasi supply chain tradisional Telkomsel di lebih dari 300 ribu retailer dengan kenaikan pendapatan mencapai hampir 90 persen dan akan berlanjut ke tingkat distributor.
Untuk ekosistem Pertamina, LinkAja semakin memperkuat positioning di aplikasi MyPertamina, yang disertai pertumbuhan pendapatan eksponensial sebesar 1600 persen.
Sementara itu, LinkAja Modalin mencakup tiga pembiayaan, yaitu Invoice Financing, Retailer Financing serta Agri ecosystem Financing. Beberapa mitranya antra lain: Telkomsel, SIG, dan e-fishery.
Baca juga: LinkAja Rangkul Semen Indonesia, Digitalkan Pembayaran Toko Bangunan
Dengan menggandeng perusahaan BUMN, LinkAja mampu menurunkan biaya dengan tetap meningkatkan pendapatan. Pertumbuhan LinkAja sepanjang tahun 2022 juga mampu menekan EBITDA loss lebih dari 60 persen dibanding tahun 2021.
Reza menambahkan kalau lewat strategi tersebut, LinkAja juga berhasil menjadi antitesis industri digital, sebagaimana terlihat dari kinerja finansial sepanjang tahun 2022, dimana terjadi kenaikan pendapatan yang signifikan dan penurunan biaya yang drastis di tengah situasi industri teknologi yang sangat challenging.
“Ke depannya kami berharap menjadi role model di industri teknologi di Indonesia melalui model bisnis yang lebih profitable dan sustainable, dengan tetap memberikan layanan transaksi digital terintegrasi yang aman dan nyaman, dalam upaya untuk #SatukanPotensiIndonesia yang mampu memenuhi kebutuhan pelanggan kami,” tambahnya.