Benarkah Obat dari Puskesmas Tak Tokcer?
Pusat Kesahatan Masyarakat atau Puskesmas, merupakan organisasi fungsional di bidang medis yang dibuat pemerintah sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama dan ada di setiap kecamatan-kecamatan di Indonesia.
Sayangnya, Puskesmas identik dengan fasilitas medis seadanya dan diperuntukkan bagi masyarakat menengah ke bawah.
Bahkan tidak sedikit masyarakat yang meragukan kualitas tenaga medis hingga kualitas obat yang diberi dari Puskesmas, karena harga dan jasa yang diberikan sangat murah.
Kalau sudah begitu, masyarakat yang sakit dan memiliki BPJS, akan menagih surat rujukan dari Puskesmas agar bisa berobat ke fasilitas kesehatan yang lebih besar.
Salah satu Kepala Puskesmas di Kota Depok, dr. Nur Afiyah mengakui bahwa obat dari Puskesmas dan obat dari rumah sakit berbeda.
"Jelas obat berbeda, karena ini fasilitas kesehatan tingkat pertama, jadi obatnya ada standar dari Kemenkes. Tapi pengadaan obat tentu dari perusahaan farmasi yang besar," katanya saat ditemui Suara.com.
Perbedaan tersebut biasanya ada dari ragam obat, dosis, hingga kemasan. Namun untuk urusan obat dari Puskesmas tokcer atau tidaknya, Nur memiliki jawaban sendiri.
Selama menjabat sebagai Kepala Puskesmas Kecamatan Cipayung, Depok, Jawa Barat, ia mengaku tidak melihat adanya pandangan miring warga Cipayung terhadap kualitas obat dari Puskesmas.
"Pasien kita masih tetap banyak. Dan untuk (kualitas) obat-obatan sendiri, semakin baik. Kalau dulu curah, sekarang dalam kemasan yang lebih baik," tambahnya.
Apalagi aturan penggunaan BPJS mendukung penuh fungsi Puskesmas dimana setiap warga yang sakit dan merasa perlu dilarikan ke rumah sakit, harus mendapatkan surat rujukan dari Puskesmas terlebih dahulu.
"Di era BPJS mereka tidak boleh langsung ke rumah sakit tapi ke Puskesmas terlebih dahulu. Karena sebenarnya ada 144 penyakit yang harus dan bisa ditangani Puskesmas tanpa perlu harus dirujuk," terangnya lebih lanjut.
Karena fungsinya yang begitu krusial, penting bagi setiap Puskesmas untuk berbenah dan memberikan layanan terbaik kepada pasien. "Kita terus berbenah. Dan ada reakreditasi setiap tiga tahun sekali dengan peningkatan mutu layanan," tambah Nur.
Di beberapa Puskesmas di Indonesia juga sudah diberi gelar Puskesmas Ramah Lansia karena mendahulukan pasien berusia lanjut. "Lansia bisa langsung daftar. Mereka juga tidak ambil obat di Apotik tapi di antar oleh petugas. Tapi memang itu, Puskemas memiliki keterbatasan ruangan," terangnya mengakhiri perbincangan.