Bayraktar TB2, Drone Rp14 Miliar Jadi Senjata Ukraina Serang Rusia
Ilustrasi (Foto: Twitter @BaykarTech)
Uzone.id - Drone Bayraktar TB2 jadi momok di setiap peperangan. Drone buatan Turki ini terbilang sukses ketika dikerahkan dalam pertempuran di Suriah, Libya dan menentukan kemenangan tentara Azerbaijan saat melawan Armenia dalam merebut kawasan Nagorno Karabakh.
Perlawanan tentara Armenia terhadap invasi tentara Rusia juga mengerahkan drone Bayraktar TB2.Beberapa cuplikan video di media sosial yang diunggah pasukan pertahanan Ukraina memperlihatkan bagaimana Bayraktar TB2 melakukan tembakan rudal sangat akurat terhadap kendaraan lapis baja milik Rusia.
BACA JUGA: Biznet Down, Pengguna Zoom Teriak
Tentu saja itu jadi serangan mental juga terhadap tentara Rusia.
Bagi yang belum kenal, Drone Bayraktar TB2 ini memiliki sayap lebar 12 meter dan bisa membawa empat rudal yang dipandu laser.
Dilansir dari Fortune, kendaraan udara tak berawak atau unmanned aerial vehicle (UAV) milik Turki ini mungkin tidak secanggih drone MQ-9 Reaper atau SkyGuardian General Atomics.
Daya tarik Bayraktar TB2 adalah pada harganya yang murah dan sangat efisien di medan perang.
Dengan harga diperkirakan hanya USD1 juta atau sekitar Rp14 miliar ini, Bayraktar TB2 mudah digunakan dibandingkan dengan persenjataan berteknologi tinggi lainnya.
Drone ini punya jangkauan terbatas 150 km dan bisa terbang di uadara selama lebih dari 24 jam, untuk menunggu saat yang tepat untuk menyerang.
Bayraktar TB2 dibuat oleh kontraktor pertahanan Turki, Baykar Makina. Perusahaan mengatakan bahwa 257 unit dalam pelayanan di seluruh dunia.
Menjual Bayraktar TB2 seperti jualan kacang goreng. Pertama kali dijual ke pemerintah Turki sendiri pada 8 tahun yang lalu.
Drone ini memperlihatkan keperkasaannya selama pertempuran di Suriah, kemudian Libya tahun 2020.
Keberhasilan Bayraktar TB2 di perang Nagorno-Karabakh, Baykar Makina mengatakan perusahaan akhirnya mengekspor UAV senilai USD360 juta pada tahun 2020.
Harian Prancis, La Monde, mengatakan pada Juli 2021 bahwa TB2 terjual seperti kacang goreng.
Sampai Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mempertimbangkan pembelian Bayraktar TB2, meskipun sudah membeli UAV SkyGuardian dari General Atomics.
Selain itu, Polandia pada Mei 2021 jadi anggota Uni Eropa pertama yang menambahkan Bayraktar TB2 ke persenjataan militernya dengan total 24 pesawat.
BACA JUGA: Ramalan Bill Gates: Smartphone Akan Digantikan Tato Elektronik
Selanjutnya, menteri pertahanan Latvia mengisyaratkan akan membelinya.
Pakar Turki dan profesor asosiasi Brooklyn College, Louis Fishman, menulis untuk Haaretz Israel bahwa membantu Ukraina sambil mempertahankan kepercayaan dengan Rusia, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mungkin keluar sebagai "pemenang terbesar" dalam konflik.
Di sisi lain, Lauren Kahn, seorang peneliti di Council on Foreign Relations, berpendapat bahwa Rusia tampaknya meremehkan kekuatan tempur Ukraina. Pasukan Vladimir Putin itu diharapkan mengerahkan kemampuan pertahanan
"Bayraktar TB2 lambat, besar, terbang rendah, dan dikendalikan radio, menjadikannya target yang relatif mudah untuk sistem pertahanan udara berlapis dan kemampuan peperangan elektronik yang lebih canggih," kata dia.
Namun, tidak semua pakar Barat senang melihat kesuksesan Bayraktar TB2, sebagian perwakilan Kongres AS mendorong Menteri Luar Negeri Antony Blinken untuk menangguhkan lisensi ekspor untuk teknologi AS yang menurut mereka terdapat di drone Turki.
Tentu saja Bayraktar TB2 bisa bikin AS malu juga karena Turki, dengan anggaran pertahanan lebih kecil dari AS, namun bisa membuat platform tak berawak mengubah sifat perang perang modern.