Arm Cabut Lisensi untuk Qualcomm, Nasib Prosesor Snapdragon Terancam?
Uzone.id - Mengejutkan, satu kata yang pas menggambarkan perselisihan antara Arm dan Qualcomm. Di tengah-tengah hingar bingar Snapdragon Summit 2024 yang jadi panggung peluncuran Snapdragon 8 Elite, tiba-tiba Arm mengakhiri perjanjian lisensinya dengan Qualcomm.
Langkah yang dilakukan Arm merupakan babak baru dari perselisihan perusahaan arsitektur chip asal Inggris tersebut dengan Qualcomm sejak tahun 2022. Semuanya bermula saat Qualcomm mengakuisisi perusahaan Nuvia yang menghasilkan CPU Oryon.Ketika akuisisi terjadi, Arm berpendapat bahwa apa yang diciptakan Nuvia sebagai pemegang lisensi Arm tidak dapat dialihkan ke Qualcomm tanpa izin atau negosiasi ulang kontrak. Arm menilai akuisisi tersebut merupakan pelanggaran kontrak serta merek dagang.
Qualcomm telah mengajukan gugatan balik. Mereka merasa bahwa perjanjian yang ada mencakup aktivitas perusahaan yang dibelinya, sehingga tidak memerlukan negosiasi ulang.
Mengutip dari Bloomberg, Arm membatalkan lisensi yang memungkinkan Qualcomm untuk menggunakan kekayaan intelektual Arm guna merancang chip. Qualcomm hanya punya waktu 60 hari untuk mematuhi keinginan Arm, dan akan menghadapi konsekuensi besar bila tak mengindahkannya.
Jika Arm menindaklanjuti penghentian lisensi, maka Qualcomm mungkin tidak akan dapat membuat desain CPU-nya sendiri yang berbasis Arm.
Itu berarti, prosesor Qualcomm dengan CPU Oryon akan terdampak, seperti Snapdragon X Elite yang sudah ada di pasaran dalam berbagai perangkat dan Snapdragon 8 Elite yang terbaru.
Tuntutan ganti rugi yang besar juga akan dihadapi Qualcomm. Dilansir dari Windows Central, ada miliaran dollar yang dipertaruhkan dalam perselisihan ini, mengingat pendapatan tahunan Qualcomm yang hampir USD40 miliar, hampir seluruhnya berasal dari chip yang dibuat berdasarkan standar Arm.
"Ini lebih mirip dengan yang dilakukan ARM—ancaman yang lebih tidak berdasar yang dirancang untuk memperketat mitra lama, mengganggu CPU unggulan kami, dan meningkatkan tarif royalti terlepas dari hak-hak luas di bawah lisensi arsitektur kami," kata juru bicara Qualcomm dalam pernyataan melalui email, dilansir dari Reuters.
"Dengan persidangan yang akan segera dilaksanakan pada bulan Desember, taktik putus asa Arm tampaknya merupakan upaya untuk mengganggu proses hukum, dan klaimnya untuk pemutusan sama sekali tidak berdasar. Kami yakin bahwa hak-hak Qualcomm berdasarkan perjanjiannya dengan Arm akan ditegaskan. Perilaku anti persaingan Arm tidak akan ditoleransi,” lanjut juru bicara Qualcomm.
Dijadwalkan, perselisihan Qualcomm dan Arm akan dimulai di pengadilan federal di Delaware, Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun ini. Bila Arm memenangkan gugatan, industri smartphone dan laptop dengan prosesor Snapdragon mungkin akan terguncang.
Sebab, hal tersebut dapat memaksa Qualcomm dan sekitar 20 mitranya, termasuk Microsoft, untuk menghentikan pengiriman laptop baru dengan standar Copilot+ PC, yang pada dasarnya juga akan membatalkan salah satu akuisisi strategis terbesar Qualcomm dalam beberapa tahun terakhir.
Bukan cuma itu, masalah ini juga mungkin akan mengganggu jadwal peluncuran smartphone flagship dengan Snapdragon 8 Elite yang diharapkan akan muncul mulai bulan ini, seperti dari Xiaomi, OnePlus, iQOO, hingga Samsung.
Meskipun terjadi pertikaian terbuka antara kedua perusahaan yang saling bergantung satu sama lain untuk mendapatkan pendapatan dan laba, beberapa investor dan analis yakin mereka akan mencapai penyelesaian jauh sebelum persidangan.