Apple dan Google Bikin Sistem Pelacakan Virus Corona untuk iOS dan Android
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)
Uzone.id - Apple dan Google akhirnya turun tangan untuk melacak penyebaran virus corona baru atau Covid-19. Mereka membuat sistem yang memungkinkan pengguna saling berbagi data melalui transmisi Bluetooth Low Energy (BLE) dan aplikasi yang telah disetujui organisasi kesehatan.Jika ingin mempelajari sistem baru tersebut, kalian bisa membaca dokumen dan white papers yang telah mereka terbitkan. Menurut The Verge, sistem pelacakan penyebaran ini bersifat sukarela. Artinya, privasi pengguna tetap terjaga karena pelacakan harus seizin dan sepengetahuan mereka.
Skenarionya kira-kira seperti berikut: saat kalian mengunduh aplikasi yang telah disetujui organisasi kesehatan, kalian bisa melaporkan status apakah sudah terinfeksi Covid-19 atau tengah dalam pengawasan atau masih sehat. Nah, organisasi kesehatan akan punya akses terhadap aplikasi yang kita unduh dan bisa melakukan contact tracing atau melacak riwayat interaksi kita.
Saat kita mendekati orang yang telah terinfeksi dan telah melaporkannya melalui aplikasi yang sama, aplikasi di ponsel kita akan memberi peringatan. Dengan kata lain, skenario ini hanya bisa efektif jika semua orang yang mengunduh aplikasi selalu membawa ponselnya kemana pun bepergian.
Baca juga: Airbnb Rilis Layanan Menginap Sebulan atau Lebih Lama
Agar proses komunikasi antar-perangkat yang berbeda platform bisa berjalan lancar, Google dan Apple akan merilis API bersama pada Mei 2020. Tujuannya, untuk memastikan otoritas kesehatan bisa mengimplementasikan pelacakan secara akurat.
Tentu saja, pelacakan ini hanya akan berhasil jika masyarakat mengunduh aplikasi yang dimaksud. Supaya pelacakan bisa berlangsung massif, Apple dan Google berencana membikim fungs pelacakan langsung terintegrasi dengan sistem operasi Android dan iOS, namun membutuhkan waktu yang lebih lama, sehingga saat ini, keduanya mengeluarkan API bersama sebagai solusi sementara.
Seperti kita tahu, penanggulangan Covid-19 sangat mengandalkan contact tracing. Dokter biasanya melacak semua orang yang berinteraksi dengan pasien positif Corona. Pelacakan berlangsung secara manual, karena melacak secara digital melalui teknologi masih terbentur dengan isu privasi dan juga efektivitasnya.
Di Amerika Serikat sendiri, awal pekan ini, lembaga American Civil Liberties Union mempertanyakan sistem pelacakan pengguna ponsel dan meminta ada batasan tegas agar tak melanggar privasi rakyat.
Baca juga: Perilisan Emoji Baru Terlambat karena Covid-19
Berbeda dengan metode lain, misalnya, pelacakan berbasis GPS, metode pelacakan melalui Bluetooth tak akan mengungkap lokasi fisik seseorang. Aplikasi hanya menangkap sinyal Bluetooth di sekitarnya dengan interval tiap 5 menit sekalo dan melaporkan koneksi tersebut ke database. Jika seseorang positif terinfeksi Covid-19, mereka bisa melapor melalui aplikasi, dan aplikasi tersebut akan memperingatkan orang lain yang kebetulan berdekatan dengan orang yang terinfeksi.
Sistem tersebut juga punya beberapa cara agar identitas pengguna tetap terjaga, bahkan sesudah mereka melaporkan datanya. Salah satunya, Apple dan Google merancang agar informasi yang disampaikan via Bluetooth tetap anonim.
Memang, sistem ini masih punya potensi kelemahan. Misalnya, saat di area ramai atau permukiman padat, aplikasi bisa menandai orang yang sebetulnya berada di ruangan berbeda. Kedua, efektivitasnya tergantung pada apakah orang sudah mengunduh aplikasi tersebut atau belum. Ketiga, metode ini relatif baru, sehingga masih perlu waktu agar Apple dan Google bisa membuat aplikasi yang efektif bekerja sama dengan otoritas kesehatan.
Masih menurut The Verge, metode ini mungkin hanya akan membantu tenaga medis, tapi metode lama dengan contact tracing melalui wawancara langsung dengan pasien masih akan tetap diperlukan.