Apa Motivasi Orang Menyebarkan Foto dan Video Korban Bom Surabaya?
Uzone.id - Ledakan bom di Surabaya, Jawa Timur, yang terjadi secara berturut-turut menjadi perhatian masyarakat luas. Sesaat setelah peristiwa ini terjadi, banyak pula orang yang menyebarkan foto dan video korban bom Surabaya ke media sosial seperi Facebook dan Twitter, serta WhatsApp.
Melihat fenomena ini, Uzone.id berusaha mewawancarai Aurora Lumbantoruan, MPsi.Psi, psikolog klinis, untuk mengetahui motivasi orang menyebarkan foto dan video korban bom Surabaya.Aurora mengawali jawaban dengan pemaparan tentang perubahan pola komunikasi saat ini. Menurutnya, penggunaan media sosial turut mengubah cara berkomunikasi, terutama dari aspek kebutuhan untuk berbagi informasi, dan “sense of urgency” atau sesuatu yang dipandang urgent untuk dibagikan.
“Oleh karena itu, dalam situasi yang genting, membuat seseorang lebih alert atau waspada akan setiap informasi dan berita. Sementara itu, persepsi individu tentang informasi tentu berbeda-beda. Informasi mana yang memang urgent, atau bernilai untuk diteruskan kembali dan mana yang tidak perlu, atau masih harus diklarifikasi melalui portal komunikasi yang resmi,” kata Aurora.
Dia mengungkapkan, bahwa tidak semua orang memahami hal-hal yang berkaitan dengan jurnalisme ini. Sebenarnya, ada kode etik yang menentukan proses pengumpulan dan penyampaian informasi berkaitan dengan peristiwa yang bersifat tragedi, termasuk terorisme.
Selain bertanggung jawab terhadap berita yang dikelola, juga perlu memikirkan efek dari gambar ataupun tulisan yang disampaikan.
Banyak hal yang sensitif, dapat mengakibatkan tambahan efek negatif, bagi keluarga atau kerabat korban, maupun trauma bagi masyarakat umum, sehingga membuat berita terkait tragedi perlu dikelola dengan lebih hati-hati.
Sementara itu, kemudahan berkomunikasi membuat setiap orang yang memiliki dan dapat menggunakan media sosial lengah atau kurang teredukasi tentang hal-hal ini.
Pada akhirnya, mereka kurang memiliki kepekaan untuk menyaring hal-hal yang perlu disampaikan dan yang tidak perlu.
Berkaitan dengan motivasi individu dalam menyebarkan gambar atau video korban juga bisa dilihat dalam kaitannya dengan self-esteem dan kebutuhan diterima secara sosial.
“Yaitu ingin diakui atau diterima sebagai orang yang ter-update atau tidak ketinggalan memiliki informasi yang penting atau akurat,” kata dia.
Aurora juga menegaskan bahwa yang perlu ditelusuri memang bukan saja dari aspek motivasi, namun juga rasa empati dari penyebar gambar atau video korban.
“Bukan saja apakah ia secara pribadi berempati pada isi atau content pesan yang akan ia sebar, misalnya dengan mendoakan atau menyalurkan bantuan moril maupun materiil, namun juga berempati terhadap orang lain yang akan menerima berita atau gambar yang akan ia teruskan,” kata Aurora.