Home
/
Digilife

Ada Kesepakatan “Gelap” Google dan Facebook

Ada Kesepakatan “Gelap” Google dan Facebook
Vina Insyani15 February 2021
Bagikan :

Uzone.id -  Tahun 2017 lalu, Facebook mengumumkan bahwa mereka sedang menguji cara baru untuk menjual iklan online yang bisa mengancam kendali Google pada pasar iklan digital.

Namun tak lama kemudian, sekitar dua tahun setelahnya Facebook berubah pikiran dan akan beraliansi dengan perusahaan pendukung upaya serupa yang dilakukan oleh Google.

Facebook tak pernah buka mulut terkait alasan mundurnya mereka, namun sebuah bukti menunjukkan bahwa Google telah memperluas jaringannya pada Facebook dan melakukan kesepakatan manis dengan pesaing terdekatnya dalam periklanan digital tersebut.

Baca juga: Ada Fitur iOS 14 yang Ditiru Android 12

Bukti tersebut tersaji dalam gugatan Antitrust yang diajukan 10 jaksa agung negara bagian pada beberapa bulan lalu. Detail kesepakatan ini juga telah ditemukan oleh kantor Jaksa Agung Texas sebagai bagian dari gugatan multistate yang diajukan di pengadilan federal Texas.

Kepada The Times, seperti dikutip Uzone.id, Senin (15/2), enam eksekutif dari 20 lebih mitra aliansi menyatakan bahwa perjanjian mereka dengan Google tak banyak memiliki kesepakatan ‘murah hati’ seperti yang Google tawarkan pada Facebook. Raksasa pencarian ini juga telah memberikan keuntungan signifikan pada Facebook, sangat berbeda dengan apa yang didapat pihak lain.

Para eksekutif yang tak ingin disebutkan namanya ini juga mengatakan bahwa mereka sebelumnya tak tahu jika Google memberikan keuntungan begitu banyak pada Facebook. Pantas saja karena perlakuan pilih kasih Google pada Facebook ini belum pernah dilaporkan sebelumnya.

Terkuaknya kesepakatan antara raksasa teknologi ini menimbulkan kekhawatiran lain terkait adanya kerjasama perusahaan teknologi terbesar untuk menghentikan laju persaingan.

Setiap kesepakatan sering kali menimbulkan risiko, ada yang jadi pemenang dan ada pula yang jadi pecundang di pasar layanan produk teknologi. Hal ini disepakati secara private dengan syarat kesepakatan penting yang tersembunyi dalam klausul kerahasiaan. 

Google dan Facebook berdalih bahwa kesepakatan ini biasa terjadi di industri iklan digital dan tidak akan menghalangi jalannya persaingan.

Juru bicara Google, Julie Tarallo McAlister menyebutkan bahwa keluhan ini “menyalahartikan perjanjian ini, seperti halnya banyak aspek lain dari bisnis iklan teknologi kami.”

Ia juga menambahkan jika Facebook merupakan salah satu dari banyaknya perusahaan yang ikut serta pada program yang dipimpin Google dan merupakan mitra dalam aliansi serupa dengan perusahaan lainnya.

Baca juga: Prediksi Privasi Digital Tahun 2021

Juru bicara Facebook juga angkat bicara, ia mengatakan bahwa kesepakatannya dengan Google membantu meningkatkan persaingan lelang iklan, yang mana menguntungkan kedua belah pihak. 

“Apapun yang menyatakan bahwa kesepakatan ini merugikan persaingan adalah tudingan tak berdasar.” tambahnya, dikutip dari The New York Times.

Meski begitu, keduanya menolak untuk menjelaskan lebih jauh detail dari kesepakatan yang mereka jalin.

Banyaknya kasus Antitrust ini menyoroti berbagai kesepakatan menguntungkan antara raksasa Teknologi. Oktober lalu, departemen kehakiman menggugat Google yang membuat kesepakatan dengan Apple agar menjadikan Google sebagai mesin pencari pada ponsel mereka.

“Gagasan bahwa platform teknologi besar tersebut bersaing ketat antar satu sama lain sangat berlebihan.” ungkap Sally Hubbard, mantan asisten jaksa agung di biro antitrust New York yang sekarang bekerja di Open Markets Institute.

“Di sisi lain, ini juga memperkuat adanya kekuatan monopoli diantara mereka.” tambahnya.

Perjanjian antara Google dan Facebook diberi nama “Jedi Blue”, yang berkaitan dengan segmen pasar iklan online yang disebut periklanan terprogram.

Menurut para ahli, iklan online merupakan penghasil pundi-pundi uang yang sangat besar, terbukti setiap tahunnya iklan online menarik pendapatan global hingga miliaran dolar. Jual beli ruang iklan menyumbang 60 persen lebih dari total yang dihasilkan.

Baca juga: Prediksi Privasi Digital Tahun 2021

Google yang awalnya menguasai pasar iklan, merasa terancam karena adanya metode ‘header bidding” yang merupakan solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap platform iklan Google. pada 2016, lebih dari 70 persen penerbit menggunakan teknologi ini karena membantu mereka untuk meningkatkan persaingan dan mengarahkan harga yang lebih baik bagi para penerbit.

Merasa terancam dengan Header Bidding, Google kembangkan Open Bidding yang menungkinkan bursa lain untuk bersaing bersama dengan Google. Para perusahaan penerbit menarik biaya untuk setiap tawaran yang menang, pesaing mengatakan kurangnya transparansi untuk para penerbit.

Facebook yang merupakan salah satu pembeli iklan terbesar menjadi perhatian besar Google. 

Maret 2017, Facebook menguji coba header bidding dengan para penerbit seperti The Washington Post, Forbes dan The Daily Mail. Facebook juga menyinggung Google, dan mengatakan bahwa industri iklan digital telah menguntungkan pihak ketiga yang membuat aturan dan mengaburkan kebenaran.

Lalu kemudian pada 2018, Google dan Facebook bekerja sama. kerja sama ini seakan-akan menjadi ‘kekalahan’ header bidding. 

Facebook mengungkapkan bahwa mereka telah bergabung dengan program Google pada  Desember 2018. Namun menurut draft complaint, tidak terungkap bahwa Google memberi Facebook informasi khusus dan keunggulan kecepatan untuk membantu perusahaan memenangkan lelang, yang tidak ditawarkannya kepada mitra lain, termasuk jaminan "tingkat kemenangan".

Menurut dokumen pengadilan, Facebook memiliki 300 milidetik untuk menawar iklan. . Namun berdasarkan pengakuan perusahaan mitra lainnya, mereka hanya diberi 160 milidetik untuk menawar.

Google juga membantu Facebook mengidentifikasi 80 persen pengguna ponsel dan 60 persen pengguna web agar bisa melihat iklan mereka. Hal ini tak didapat oleh perusahaan lain yang hanya mendapatkan sedikit bantuan. 

Masih banyak lagi keuntungan-keuntungan yang didapat Facebook seakan-akan Google mengizinkan Facebook untuk memulai ‘turnamen final’ kapan saja.

Dalam draft aduan, Facebook berjanji untuk menawar setidaknya 90 persen ketika dapat mengidentifikasi pengguna akhir dan berkomitmen untuk menghabiskan sebanyak USD500 juta setahun pada tahun keempat perjanjian tersebut. 

Facebook juga menuntut agar data tentang penawarannya tidak digunakan Google untuk memanipulasi lelang demi keuntungannya sendiri. ini adalah sebuah tahap playing field yang tidak terang-terangan dijanjikan pada partner yang lain.

Mungkin yang paling serius dalam draf keluhan adalah fakta bahwa kedua perusahaan ini telah menetapkan Facebook sebagai pemenang dari awal adanya pelelangan.

“Tanpa diketahui oleh pelaku pasar lainnya, tidak peduli seberapa tinggi orang lain menawar, para pihak telah sepakat bahwa palu akan diketuk untuk keuntungan Facebook beberapa kali,” kata rancangan keluhan. 

Juru bicara Google menepisnya dengan menyebutkan Facebook telah membuat tawaran tertinggi untuk memenangkan lelang, seperti perusahaan lainnya.

Meski keduanya membantah kesepakatan ini bukanlah bagian dari antitrust, namun terdapat perjanjian yang mengharuskan keduanya untuk saling membantu dan bekerja sama” jika dua raksasa teknologi ini diselidiki terkait persaingan dan kerja sama.

populerRelated Article