5 Menit Bersama Adipati Dolken & Putri Marino
Di sela hiruk pikuk persiapan pemutaran perdana dan kontroversi nominasi Festival Film Indonesia, Adipati Dolken dan Putri Marino adalah dua sosok yang kini tengah diperbincangkan publik.
Posesif, film yang memasangkan keduanya sebagai kekasih, sukses meraih 10 nominasi untuk FFI, termasuk untuk kategori film terbaik.Sementara baik Adipati dan Putri juga diganjar nominasi pemeran utama pria dan wanita terbaik. Lantas bagaimana keduanya menyikapi apresiasi ini? Dan apa saja yang istimewa dari Posesif?
Simak perbincangan Bazaar bersama pemeran Yudhis dan Lala ini.
Harper's Bazaar (HB): Kita mulai dari awal, dari keseluruhan proses pengambilan gambar, apa yang paling istimewa?
Adipati Dolken (AD): Proses shooting mengambil waktu hingga 24 hari, tapi salah satu pengalaman terbaik adalah bertemu dengan sang sutradara, Mas Edwin. Ia merupakan seorang sutradara art house, jenis genre yang selama ini tak saya dekati. Jadi punya kesempatan untuk bermain untuk Mas Edwin adalah satu pengalaman berharga.
Putri Marino (PM): Karena ini film pertama saya, jadinya keseluruhan proses shooting adalah sesuatu yang istimewa.
AD: Satu lagi, kami sempat menjalani proses reading di Bali. Menurut saya itu istimewa. Kami sengaja terbang ke Bali untuk melepaskan diri dari hiruk pikuk dan kesibukan kami di Jakarta, agar bisa fokus dengan karakter kami. Di saat itulah saya juga merasa chemistry kami makin dekat.
HB: Bagaimana dengan karakter Anda? Apakah sejak awal sudah ada gambara mengenai Yudhis dan Lala?
AD: Saya mengikuti film ini dari draft yang awal, di mana Yudhis jauh lebih sadis ketimbang yang sekarang. Naskah yang sekarang difilmkan sudah lebih mild, tentunya karena mempertimbangkan sensor dan dampak pada penonton. Saya sendiri memang memiliki sisi posesif, sehingga saya harus membawa sisi posesif saya ke arah yang lebih ekstrim untuk 'menghidupkan' Yudhis.
PM: Dari awal saya memang melakukan casting untuk karakter Lala. Bagi saya, dia merupakan tipikal anak SMA yang naif, namun ambisius pada hal yang ia tekuni yakni loncat indah. Awalnya Lala pikir kehadiran Yudhis bisa membuat hidupnya lebih indah, tapi ternyata tidak, hingga akhirnya Lala harus membela dirinya sendiri. Mengutamakan apa yang paling penting buat hidupnya.
HB: Film ini termasuk dalam kategori drama-suspense serta menunjukan sisi hubungan yang ekstrim, apakah tidak ada ketakutan terjadi peniruan?
AD: Justru kita ingin memberi tahu seperti apa wajah posesif itu, termasuk pada orang-orang posesif yang mungkin selama ini tidak sadar kalau dirinya berperilaku posesif. Kita mau menunjukan perilaku posesif yang salah dan membahayakan. Cinta tanpa respect bisa membahayakan.
HB: Life imitates art. Apakah ada pengalaman menjadi korban atau justru merasa posesif terhadap pasangan?
PM: Aku pernah punya pengalaman dengan pasangan yang posesif. Setiap orang punya kadar posesif, dan kebetulan pasangan saya waktu SMA posesif, tapi mungkin kadarnya masih biasa. Baru sekadar bertanya-tanya akan keberadaan saya, apa yang sedang saya lakukan, dan sebagainya. Sisanya semasa SMA saya menjalani hubungan yang sederhana, sekadar ketemu di kantin untuk makan bersama dan hanya bertemu selama di sekolah.
AD: Saya sendiri merupakan sosok yang posesif, tapi tidak dramatis seperti dalam film ya. Dari SMA saya adalah tipe yang ketika menyukai seseorang ingin mengerahkan semuanya, yang berakibat rasa memiliki yang tinggi. Kondisi ini membuat ketakutan dan ketidakpercayaan muncul.
HB: Beralih ke tema FFI, bagaimana Anda mengetahui bahwa Anda masuk nominasi?
AD: Pertama kali tahu dari Instagram. Saat itu saya lagi di luar negeri. Tentunya saya senang.
PM: Saya tahu dari banyaknya notifikasi yang masuk ke smartphone saya. Awalnya tidak percaya namun pada akhirnya saya merasa sangat senang dan sangat bersyukur.
AD: Putri memang sudah diramalkan oleh semua orang akan masuk dalam nominasi. (tertawa)
HB: Lantas bagaimana dengan kontroversi yang ada?
AD: Saya tahu hal ini pasti ditanyakan! Lebih baik ditanyakan pada produsernya, kalau kami berdua bisa masuk nominasi saja sudah sangat senang.
HB: Kalau dipasangkan kembali kalian ingin main film sebagai apa?
AD: Kami terima jenis film apapun sih. Karena kami yakin bisa mengolahnya menjadi tipe chemistry yang lain. Tapi kalau harus memilih ingin mencoba jadi antagonis.
PM: Saya tidak memiliki pilihan, saya siap menerima karakter apapun. Tapi jujur saya ingin main kembali bersama Adipati. Karena dia adalah partner yang enak untuk diskusi dan beradu akting.
AD: Jelas ingin main lagi bersama Putri. Banyak film yang ingin memakai Putri karena itu saya ingin sekali main lagi bersama dia dalam dimensi dan situasi yang berbeda.
Portfolio ini:
Fotografer: Eddy Sofyan
Stylist: Bungbung Mangaraja
Makeup: Wulan @blusheriebeauty
Wardrobe: H&M