5 Fakta tentang ‘Drama’ Ekspansi Gojek ke Malaysia
Uzone.id -- Perusahaan teknologi Gojek berencana memperluas sayapnya di Negeri Jiran. Sayangnya, prosesnya tak semulus perkiraan.
Sejak pekan lalu beredar kabar mengenai ekspansi pasar Gojek ke Malaysia, perkembangannya memang menarik untuk disorot. Ada beberapa hal yang mewarnai rencana perluasan pasar ini.Agar kalian gak ketinggalan update, berikut 5 fakta tentang ‘drama’ wacana ekspansi Gojek ke Malaysia yang berisi kontroversi.
1. Disambut baik oleh pemerintah
Layaknya kisah film pada umumnya, ‘kisah’ ini diawali dengan hal-hal baik nan positif yang bikin hati adem.
Pertama kali diumumkan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia Syed Saddiq Syed Abdul Rahman bahwa dirinya telah bertemu dengan CEO Gojek Nadiem Makarim dan Presiden Gojek Andre Soelistyo di negaranya. Pertemuan itu membahas tentang rencana operasi Gojek di sana.
Baca juga: Nadiem Ketemu Menteri Milenial Malaysia Bahas Ekspansi Gojek
Setelah itu, Nadiem dan Syed Saddiq melanjutkan pertemuan dengan Perdana Menteri Tun Mahathir Mohammad dan Menteri Transportasi Anthony Loke pada 21 Agustus 2019.
Semuanya berjalan dengan baik dan lancar. Gojek mendapatkan lampu hijau dari pemerintah Malaysia untuk beroperasi di sana.
2. Mendadak ditolak mentah-mentah oleh perusahaan taksi lokal
Tak lama setelah pemberitaan bahwa pemerintah Malaysia terbuka dengan kehadiran Gojek di negaranya, muncul penolakan keras dari perusahaan taksi Big Blue Taxi Services.
Pendirinya, Shamsubahrin Ismail secara lantang menolak Gojek masuk Malaysia dengan alasan tak sesuai dengan budaya Malaysia. Bahkan, dia mengklaim kehadiran Gojek di Malaysia adalah tanda kemunduran negaranya.
Baca juga: Bos Taksi Malaysia Tolak Gojek, Alasannya Bikin Nyesek
Lebih tepatnya lagi, Ismail mengatakan Gojek bisa sukses di Indonesia karena Indonesia adalah negara miskin, berbeda dengan Malaysia. Jadi, baginya masyarakat Malaysia berhak mendapatkan pekerjaan lebih baik dari sekadar tukang ojek.
Bahkan, dari CNBC Indonesia, Ismail sempat protes ke depan rumah Menpora dan Menteri Transportasi Malaysia.
3. Ada penolakan lain dengan alasan persaingan tak sehat
Ternyata, selain dari Big Blue Taxi, ada pula penolakan dari startup lokal yang memberi layanan kendaraan e-hailing bernama MyCar.
Bedanya, pendiri MyCar Mohd Noah Maideen menolak Gojek karena isu keamanan dari kendaraan sepeda motor, serta terancam adanya persaingan tidak sehat antara perusahaan penyedia layanan transportasi lokal.
Sebagai startup yang usianya baru 1,5 tahun, Maideen merasa tidak adil jika harus berhadapan dengan Gojek yang usia operasinya sudah lebih dari 5 tahun.
4. Gojek siapkan solusi
Setelah drama penolakan ini, Gojek akhirnya angkat bicara. Perusahaan yang khas dengan warna hijau ini tetap tenang dalam menghadapi kontroversi karena menurut mereka, pro dan kontra adalah hal wajar.
“Terkait dengan pro dan kontra yang terjadi, pasti ada jalan untuk mencari solusi terbaik buat semua pihak,” ucap juru bicara Gojek kepada Uzone.id pada Rabu (28/8).
Minimal, kita tahu bahwa Gojek memang akan merencanakan jalan keluar dari masalah ini jika memang betul-betul ingin beroperasi di Malaysia.
Baca juga: Gojek Ganti Logo, Gimana Menurut Kalian?
5. Menunggu tinjuan aturan
Selain Gojek yang menyatakan akan mencari jalan keluar yang solutif, pemerintah Malaysia mengaku akan membuat kajian mengenai masalah ini.
Mengutip berbagai sumber, kabinet Mahathir telah memerintahkan Menhub dan Menpora agar segera melaporkan kajian itu jika sudah rampung dalam satu bulan ke depan.
Sementara itu ditambahkan oleh Menteri Anthony Loke, ada kemungkinan dikembangkannya fitur keselamatan dalam layanan ojek online. Semua tergantung bagaimana hasil pembahasan yang akan mereka lakukan.