Home
/
Automotive

20 Diler BYD Tutup, Imbas Perang Harga?

20 Diler BYD Tutup, Imbas Perang Harga?

Bagja Pratama02 June 2025
Bagikan :

Uzone.id - Industri otomotif China sedang mengalami tantangan baru. Salah satunya ancaman krisis yang diakibatkan dari perang harga dan ekspansi jor-joran. Bahkan BYD sebagai salah satu raksasa otomotif China ikut terdampak.

Sebanyak 20 diler 4 S (Sales, Service, Spare Part dan Survey) dari Shandong Qiancheng Holdings Co., Ltd. China harus ditutup karena mengalami krisis operasional yang parah sejak April 2025.



Melansir CarnewsChina, mengabarkan bahwa dengan adanya penutupan akibat krisis ini, ruang pamer tersebut tidak lagi memajang berbagi kendaraan yang dimiliki oleh BYD.

Jinan Qiansheng dulunya merupakan diler utama BYD nomor 1 di China, namun namanya kini menjadi sorotan bukan karena prestasinya, melainkan kebangkrutan yang melanda perusahaan tersebut.

Krisis ini berdampak langsung pada lebih dari seribu konsumen yang telah membayar di muka untuk berbagai layanan, termasuk paket "asuransi bersama tiga tahun", rencana perawatan, pewarnaan kaca jendela, perlindungan rangka, dan layanan perawatan seumur hidup yang dijanjikan.

Untuk menindaktlanjuti hak-hak dari para konsumen, banyak dari mereka yang sudah mengorganisasi kelompok perlindungan hak untuk mencari solusi secara kolektif.

Sebelumnya, konsumen diminta untuk membayar uang muka sebesar 10.000 hingga 15.000 yuan (1.400-2.100 USD) untuk menanggung asuransi selama tiga tahun.

Diler berjanji untuk mengganti premi tahun kedua dan ketiga kepada pelanggan setelah pelanggan membayar asuransi tahunan mereka.

Sejak April 2025, banyak pelanggan yang telah membayar premi asuransi tahun kedua atau ketiga dan belum menerima pengembalian dana yang dijanjikan.

Bahkan, mereka baru mengetahui bahwa diler-diler tersebut telah ditinggalkan oleh pemiliknya.

Menurut catatan publik, Qiancheng didirikan pada tahun 2014 dan dengan cepat menjadi mitra strategis utama BYD di Shandong. Grup ini mengoperasikan lebih dari 20 dealer dan ruang pamer BYD di seluruh wilayah.

Bahkan, mereka pernah mengklaim bahwa penjualan tahunannya dapat mencapai sebesar 3 miliar yuan (420 juta USD) dan mempekerjakan lebih dari 1.200 staf.

Pada bulan April 2024, Ketua BYD Wang Chuanfu mengunjungi Qiancheng Group di Jinan, yang secara luas ditafsirkan sebagai pengakuan tertinggi atas status mereka sebagai dealer inti. Namun, masalah keuangan sudah mulai muncul di balik permukaan.

Dalam hal ini, BYD dan Qiancheng memberikan penjelasan yang bertentangan mengenai krisis tersebut. Pada tanggal 28 Mei, Departemen Merek dan Hubungan Masyarakat BYD menanggapi rumor tentang "rantai modal yang putus" dari Qiancheng Group.

"Kebijakan kami terhadap diler tetap konsisten dan stabil selama beberapa tahun terakhir," demikian pernyataan perusahaan tersebut.

BYD mengaitkan krisis tersebut karena adanya masalah manajemen dealer, mereka mengklaim bahwa kelompok dealer mengalami masalah pendanaan akibat ekspansi yang membabi buta dan cepat dengan operasi yang mengandalkan utang.

Sebaliknya, dokumen internal Qiancheng Group tertanggal 17 April secara langsung menyalahkan perubahan kebijakan BYD:

"Dalam dua tahun terakhir, penyesuaian kebijakan dealer BYD telah memberikan tekanan yang sangat besar pada pengelolaan arus kas kami." ujar Qiancheng Group.

Dokumen tersebut juga mengutip kondisi eksternal yang memburuk, termasuk beberapa kegagalan dealer otomotif di Shandong dan kebijakan pembiayaan bank yang konservatif.

Krisis ini telah menimbulkan pertanyaan tentang tanggung jawab BYD untuk memantau jaringan dealer resminya.

Banyak pelanggan membuat keputusan pembelian terutama berdasarkan kepercayaan pada merek BYD, dan merasa ditinggalkan sekarang karena dealer resminya telah menghilang.

BYD mengungkapkan bahwa sejak akhir tahun lalu, dealer lokal lainnya telah mengakuisisi beberapa toko 4S yang terkena dampak, dan perusahaan tersebut memberikan dukungan untuk membantu mengatasi masalah pelanggan dan karyawan.

Namun, sebagian besar konsumen dalam kelompok perlindungan hak dengan hampir 500 anggota menolak penjelasan BYD, dengan menyatakan bahwa perusahaan tersebut telah gagal memberikan solusi substantif.

Karena batas waktu akhir Mei yang dijanjikan Qiancheng berlalu tanpa penyelesaian, ribuan pelanggan bertanya-tanya siapa yang akan bertanggung jawab atas layanan prabayar mereka dan bagaimana situasi ini pada akhirnya akan diselesaikan.



Perang dagang yang terjadi pada sejumlah merek mobil di China disebut-sebut juga sebagai salah satu pemicu krisis.

BYD baru-baru ini menurunkan harga mobilnya. Hal itu memicu perang harga di Negeri Tirai Bambu. Saham-saham produsen mobil di China pun mulai rontok akibat perang harga itu.

Diberitakan Reuters, BYD memangkas harga lebih dari selusin model mobilnya yang dijual di China. Hal itu terlihat dari pemangkasan harga model termurahnya hatchback Seagull menjadi 55.800 yuan atau setara USD 7.765. Padahal sebelumnya harga Seagull nyaris USD 10.000.

populerRelated Article