10 Fakta tentang Rafflesia arnoldii, Bunga Langka Berbau Busuk
-
RAFFLESIA arnoldii, tumbuhan eksotis nan langka ini memiliki banyak keunikan. Tidak memiliki daun, akar, atau pun batang seperti pada umumnya dan hidup menumpang pada tanaman inangnya. Tumbuhan yang juga seringkali disebut sebagai “bunga bangkai” karena aromanya yang seperti daging busuk ini ditemukan Stamford Raffles dan rekannya Dr. James Arnold pada tahun 1818.
Parasit hutan asal Asia Tenggara ini memecahkan rekor sebagai tumbuhan berdiameter 106,7 sentimeter dan berat 11 kilogram, dengan lobus seperti kelopak setebal satu inci. Bunga ini pada dasarnya menyerupai pot yang diapit oleh lima kelopak berwarna merah bata dengan tutul berwarna putih. Sekilas bentuk dan warnanya dapat mengundang para serangga untuk membantu proses penyerbukan. Sayangnya tumbuhan paling langka di dunia ini terancam punah.Ada dua varietas Rafflesia arnoldii yang ditemukan di alam bebas, keduanya endemik Indonesia. R. arnoldii var. arnoldi ditemukan di kepulauan Indonesia di Kalimantan dan Sumatera. R. arnoldii var. atjehensis ditemukan di Sumatera bagian utara yang berbeda dari varietas sebelumnya yang kehilangan bagian ramenta di kolom utamanya.
1. Masa mekar yang tidak menentu
Tidak ada yang bisa meramalkan kapan Rafflesia arnoldii akan mekar. Ada yang mengatakan setelah hujan lebat. Pendapat lain mengatakan, jika bulan berakhir di "er". Tapi ada pula yang mengatakan pada bulan Juli. Dibutuhkan sekitar sembilan bulan untuk bunga mekar dan hanya bisa bertahan selama satu minggu. Hanya orang yang beruntung lah yang dapat menyaksikan keindahannya.
2. Memiliki bau yang busuk
Bau busuk ini disukai oleh lalat dan serangga lainnya untuk hinggap karena mereka menyangka itu merupakan bau dari daging busuk. Ini merupakan cara Rafflesia untuk dapat bertahan hidup. Meskipun lalat atau serangga tidak mendapat manfaat dari bunga itu, saat mereka duduk, serbuk sari menempel di punggung mereka. Ketika lalat ini berpindah ke bunga betina, mereka menyimpan serbuk sari pada bunga ini, memungkinkan pembuahan terjadi. Buah yang dihasilkan berukuran kecil dan berdaging dengan ribuan biji. Buah ini dikonsumsi oleh pohon shrews, yang kemudian membantu menyebarkan bibit tanaman. Karena Rafflesia adalah tanaman uniseksual dan jarang terjadi, ada kemungkinan sangat langka bahwa seekor lalat yang duduk di atas bunga jantan dan membawa serbuk sari dari bunga itu akan duduk dengan bunga betina untuk mentransfer serbuk sari ke betina untuk pembuahan.
3. Asal nama Rafflesia arnoldii
Penemu tumbuhan Rafflesia arnoldii adalah ahli botani Inggris Dr. James Arnold (1782-1818) negarawan Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (1781-1826) pada tahun 1818. Arnold terjangkit demam dan meninggal tak lama setelah penemuan itu. Penamaan penemuan tersebut untuk menghormati keduanya.
4. Termasuk bunga Nasional Indonesia
Rafflesia arnoldii dianggap sebagai salah satu bunga Nasional Indonesia. Peringatan ini ditetapkan setiap tanggal 9 Januari sebagai hari penetapan sebagai bunga nasional.
5. Patung lilin Rafflesia arnoldii
Selama bertahun-tahun, Rafflesia telah mempesona manusia dengan ukuran raksasa dan baunya yang mengerikan. Karena penampakan bunga ini langka dan hanya bertahan beberapa hari setelah mekar, banyak penjelajah, ahli botani, dan turis merasa penasaran untuk melihat bunga ini. Hingga akhirnya dibuatkan model lilin bunga yang dipamerkan di Royal Botanic Gardens di Kew.
Saat ini, Rafflesia arnoldii dianggap sebagai salah satu spesies tanaman terancam di bumi. Beberapa spesies Rafflesia, seperti Rafflesia magnifica, bahkan diklasifikasikan sebagai "sangat terancam punah" oleh Perhimpunan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Kisaran kecil distribusi spesies ini dan penghancuran habitat Rafflesia adalah dua faktor utama yang mendorong spesies ini untuk punah. Meskipun para pemerhati lingkungan telah berusaha menumbuhkan Rafflesia di lingkungan yang terkendali dan terlindungi, upaya semacam itu sebagian besar tidak berhasil. Beberapa properti pribadi di Indonesia memiliki Rafflesia yang tumbuh dalam batas-batas properti. Pemilik properti semacam itu didorong oleh pemerintah untuk menyelamatkan bunga dan memamerkannya ke publik dengan mengenakan biaya untuk penampakan tersebut.
6. Jumlah jantan dan betina yang tidak seimbang
Tanaman jantan Rafflesia lebih banyak daripada betina, disproporsi besar ini juga merupakan kerugian bagi penyebaran spesies ini, karena ada kemungkinan terbatas untuk jantan dan betina untuk mekar dan ditemukan cukup dekat pada saat bersamaan, jadi penyerbukan itu bisa terjadi.
7. Penyebaran spesies
Rafflesia arnoldii setidaknya memiliki 20 jenis spesies di dunia. Indonesia dan Malaysia masing-masingnya memiliki delapan jenis spesies. Sisanya tersebar di Thailand dan Filipina.
8. Langka dan terancam punah
Saat ini, Rafflesia arnoldii dianggap sebagai salah satu spesies tanaman terancam di bumi. Beberapa spesies Rafflesia, seperti Rafflesia magnifica, bahkan diklasifikasikan sebagai "sangat terancam punah" oleh Perhimpunan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Kisaran kecil distribusi spesies ini dan penghancuran habitat Rafflesia adalah dua faktor utama yang mendorong spesies ini untuk punah. Meskipun para pemerhati lingkungan telah berusaha menumbuhkan Rafflesia di lingkungan yang terkendali dan terlindungi, upaya semacam itu sebagian besar tidak berhasil. Beberapa properti pribadi di Indonesia memiliki Rafflesia yang tumbuh dalam batas-batas properti. Pemilik properti semacam itu didorong oleh pemerintah untuk menyelamatkan bunga dan memamerkannya ke publik dengan mengenakan biaya untuk penampakan tersebut.
9. Tanaman parasit
Rafflesia arnoldii adalah tanaman parasit, tanpa akar, daun, atau batang. Bagian utama tanaman berada di dalam tanaman inang. Bagian yang hanya terlihat adalah bunga, yang menerobos kulit tanaman inang sebagai kuncup kompak, dan kemudian buahnya. Bunganya berdiameter 1 m, dan dagingnya berwarna coklat kemerahan dengan bintik putih.
10. Kegunaan Rafflesia arnoldii
Kuncup bunga diaplikasikan dalam obat tradisional untuk persalinan dan pemulihan selama dan setelah melahirkan. Mereka juga digunakan sebagai afrodisiak atau obat yang dapat meningkatkan libido. Kemungkinan penggunaan ini dikaitkan dengan bentuk, warna dan ukuran kuncup, dan takhayul seputar bunga, dan bukan terkait dengan sifat kimia apa pun. (Elvin Rizki Prahadiyanti)***