Throwback Movie: 5 Ironi dari ‘The Truman Show’, Satir tentang Hidup Manusia yang Jadi Reality Show
Uzone.id -- Sebuah tayangan di dalam tayangan. Ini adalah konsep dari kisah yang disuguhkan ‘The Truman Show’, film satir yang dirilis pada 1998.
Meski usianya sudah 20 tahun, ‘The Truman Show’ masih menyisakan kesan besar setiap kali ditonton ulang. Film ini memiliki makna multi-layered yang dapat dibedah dari berbagai perspektif.Disutradarai Peter Weir, ‘The Truman Show’ menceritakan tentang pria bernama Truman Burbank (Jim Carrey) yang hidupnya sangat tertata sebagai seorang suami dan karyawan asuransi di kota serba rapi bagai surga bernama Seahaven Island.
Baca juga: Throwback Movie: 5 Keseruan dari Film Horor Klasik 'Scream'
Hal gila dari film fiksi drama ini adalah kehidupan Truman yang begitu terorganisir dan cenderung monoton hanya dirasa nyata oleh Truman sendiri. Orang-orang di sekeliling Truman, mulai dari teman kerja, tukang koran, tetangga, sahabat, hingga ibu dan istrinya semua adalah aktor.
Hidup Truman adalah reality show yang ditayangkan di televisi secara live setiap hari di berbagai negara. Yup, hidup Truman yang Truman yakini sebuah realita itu hanyalah tontonan bagi warga dunia.
Di edisi Throwback Movie kali ini, yuk bahas lebih detail tentang film keren penuh analogi satu ini.
1. Karakter Truman sudah membintangi reality show sejak bayi
Dijelaskan oleh kreator reality show bernama Christof (diperankan oleh Ed Harris), Truman sudah membintangi acara TV ini sejak dia dilahirkan dari kehamilan yang tidak diinginkan.
Ironi: betapa rapuh dan polosnya karakter Truman ketika dia hidup sejak kecil sebagai bahan tontonan jutaan pasang mata dari seluruh dunia. Meski dia menjalani hari-harinya seperti orang normal, kita tahu bahwa Truman dibiarkan hidup dalam realita palsu dengan ayah ibu yang juga sebenarnya palsu. Semua demi hiburan TV belaka.
2. Set lokasi kota buatan Seahaven Island sangat besar
Demi menciptakan dunia yang terasa nyata, Kota Seahaven Island sebagai ‘dunia’ Truman sengaja dibangun menjadi studio raksasa yang lokasinya di Hollywood, California.
Ironi: Meski sangat besar, Seahaven didesain seperti kubah yang konsepnya memang tertutup. Seahaven dianalogikan bagai penjara untuk Truman yang hanya dijadikan objek oleh pihak media untuk mengeruk untung dari iklan dan rating.
3. Teknologi serba canggih dan ribuan kamera mengikuti Truman
Di dalam film diceritakan tim produksi reality show menyembunyikan 5.000 kamera di tiap spot untuk merekam pergerakan Truman -- di kaca kamar mandi, pintu, tempat sampah, sampai kancing baju.
Teknologi pencahayaan, atmosfer, air hujan, hingga pengatur ombak pantai juga ada di Seahaven untuk menciptakan pagi hari, musim hujan, dan matahari terbenam.
Ironi: Semua setting sudah pasti dijalankan dengan niat agar reality show ini terasa natural sampai-sampai Truman tidak sadar kalau dirinya adalah bintang dari acara ini.
Kemampuan tim produksi yang sanggup membuat ombak buatan hingga matahari terbit dan terbenam juga analogi sederhana lain untuk menggambarkan bahwa media TV berperan seperti Tuhan bagi objek yang dia atur -- dalam hal ini, Truman.
4. Memaksa Truman hidup di jalan monoton demi penonton
Walaupun Truman tumbuh dewasa sebagai pria polos dengan rutinitas teratur, dalam dirinya ada dorongan untuk mencari tahu lebih banyak lagi tentang dunia di luar sana. Warga dunia boleh menganggapnya hanya bintang reality show, namun pribadi Truman adalah manusia normal yang ingin tantangan hidup.
Ironi: Truman digambarkan sangat ingin menjelajah dunia di luar Seahaven. Di berbagai adegan, Truman sempat bersikeras untuk keluar kota, tapi sengaja dihalangi oleh berbagai hal seperti macet, kebakaran, hingga ombak besar.
Sekali Truman keluar dari Seahaven, dia akan keluar dari ‘penjara’ Seahaven itu sendiri dan tahu bahwa selama ini hidupnya hanyalah rekayasa TV. Karena takut reality show itu akan berakhir, apapun dihalalkan untuk menghalangi Truman melakukan hal di luar kebiasaannya.
5. Tontonan ‘racun’ namun bikin candu
Film ini tak hanya memperlihatkan kehidupan Truman di Seahaven dan dinamika para kru reality show di balik layar, namun juga menyeimbangkan kehidupan nyata di luar Seahaven, yakni para penonton Truman Show dari berbagai lokasi.
Ironi: hal ini sangat menggambarkan realita yang ada sampai masa sekarang. Tayangan televisi yang sifatnya ‘racun’ namun karena sangat menghibur jadinya bikin kecanduan dan berujung tidak bisa berhenti menonton. Semakin banyak yang nonton, maka rating semakin tinggi dan kemungkinan acara TV itu diturunkan semakin kecil.
Hal ini digambarkan dengan jelas di film ‘The Truman Show’. Sebagian besar penonton merasa dekat dan menyayangi Truman sebagai tokoh utama reality show, namun di sisi lain mereka sadar kalau Truman bagai narapidana di dalam Seahaven. Ada kesenjangan moral di dalamnya yang berbenturan dengan rasa kecanduan mereka terhadap Truman Show. Hasilnya? Tetap saja ditonton entah sampai kapan.
Bagi kalian yang belum pernah nonton film ‘The Truman Show’, coba disetel, deh. Selain karena film ini sudah dua dekade lalu dirilis, kisahnya masih sangat menyentuh sampai masa sekarang.
Gue tutup Throwback Movie pekan ini dengan ucapan khas Truman:
In case I don’t see you, good afternoon, good evening, and good night!